Jumat, 12 Maret 2010

Keputusan yang kurang memperhatikan perkembangan pembinaan calon atlit

Kota Bogor telah mengukuhkan jumlah atlit porda Jabar 2010.
Kebijakan dalam menetapkan mengukuhkan atlit yang akan dikirim pada Porda Jabar 2010, sangat menyakitkan bagi atlit maupun klub Pembina bulutangkis Kota Bogor. dengan hanya mengirim 5 dari 7 atlit yang lolos kualifikasi, setahu saya dalam pertemuan dengan pengurus Koni pada Februari 2010 pangcab PBSI memasang target 1 perak 3 perunggu dari 7 orang atlit yang lolos yaitu 1 ganda putra, 2 ganda putri dan 1 tunggal putra, hal ini dilakukan pengurus PBSI karena menyadari kesertaan porda bukan untuk jalan jalan atau mencari pengalaman.

Syarat mengikuti putaran final porda ialah melalui seleksi babak kualifikasi, maka amat disayangkan bilamana koni maupun pemerintah kota bogor melakukan pemangkasan jumlah atlit yang akan dikirim ke Bandung? Karena teori untuk memenuhi target medali ialah semakin banyak pemain yang dikirim akan semakin besar peluang untuk memenuhi target yang dijanjikan. Pemain yang tidak dikirim tersebut pada tahun 2009 menjuarai ganda Hi-Qua Asri Open 4 yang dikuti oleh peserta Porda Jabar, Solo hingga Batam.dan hingga akhir 2009 mempunyai rangking 85 Nasional.

Upaya Pengcab PBSI kota bogor dengan tetap mengupayakan agar semua pemain dapat dikirim ke Bandung, merupakan cerminan bahwa pada induk organisasi Bulutangkis Kota Bogor sudah Bagus semestinya , menjadikan pertimbangan oleh Koni.

Prediksi hasil hasil pertandingan, tidak dapat ditentukan berdasarkan hitungan matematik, harus juga diperhatikan masalah teknis maupun non teknis ( misalnya drawing, kesiapan fisik, teknik dan mental dll) kalau persoalan biaya kenapa tidak dibicarakan dengan pengcab atau Klub maupun orang tua pemain, karena cara ini akan mematikan semangat para atlit, klub Pembina maupun orang tua atlit yang selama ini membiaya para atlit untuk mencapai prestasi! Bukankah pemerintah melalui induk organisasi olah raga hanya menikmati service para atlit saja selama ini.

Berbicara sasaran medali maupun posisi di porda harus digaris bawahi agar para atlit mempunyai tanggung jawab moril untuk berusaha berbuat yang terbaik untuk Kota Bogor dan ini selaras dengan misi pembinaan yang dilakukan oleh pengcab maupun klub.

Kalau sasaran medali dari awal menjadi target mati koni, pengcab pasti menyediakan pemain yang siap mendulang medali emas, dengan menggunakan service pemain bayaran. Akan tetapi semuanya itu hanya kebohongan dan bersipat semua. Menurut saya kegiatan keorganisasian yang baik yang dapat menghasilkan prestasi maksimal ialah tetap berpedoman pada makna (yaitu nilai keluhuran, ibadah,sportifitas). Bukan untuk tujuan tertentu.

Porda maupun Kejurda semestinya kesempatam pemerintah daerah menyumbangkan atlit berbakat,yang tidak terpantau oleh keterbatasan biaya sehingga atlit tidak dapat mengikuti seri kejurnas

Yang sepanjang tahunnya + 14 even di berbagai Daerah, seharusnya dipahami Pembina olah raga di Kota Bogor tercinta.

Untuk atlit bulutangkis yang lolos kualifikasi tetapi tidak dikirimkan oleh koni, tidak perlu berkecil hati karena, akan kami berangkatkan dengan biaya klub, karena mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga kota Bogor lainnya untuk berjuang membela nama Kota Bogor.

Semoga tulisan ini dapat menggugah pemerintah Daerah Bogor memulai melakukan pembinaan pada klub klub Pembina dengan menjalin silaturachim, dan mengetahui perkembangan olah raga yang berada di Kota Bogor.