Minggu, 07 Februari 2010

Evalusai Kemerosotan Prestasi Atlit Bulutangkis Nasional

Evalusai Kemerosotan Prestasi Atlit Nasional
Oleh : Ali Basyal Latief

Melihat merosotnya prestasi atlit-atlit nasional kita di kancah bulutangkis dunia membuat kita merasa prihatin. Bulutangkis sebagai olahraga kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang selalu membawa harum nama bangsa kini berada kondisi terpuruk dengan semakin susahnya merebut gelar juara. Ada apa sebenarnya yang terjadi dengan bulutangkis kita.
Sebagai warga yang berkecimpung dalam pembinaan di klub bulutangkis, saya merasa terpanggil untuk menyampaikan beberapa hal yang menurut saya menjadi faktor kemerosatan prestasi atlit kita. Adapun hal-hal yang kami catat menjadi faktor kemerosotan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kultur kebanggaan terhadap negara dan bangsa yang rendah
2. Kejuaraan Daerah ( Kejurda, Porda hingga Kejurcab)
3. Lemahnya pengawasan atas aturan yang sudah ada.

Kultur perjuangan yang tidak kenal lelah semakin minim di sadari oleh seorang atlit. Hal ini dapat kita lihat dari segelinntir atlit berhasil mencapai prestasi internasional adalah cerminan seorang pekerja keras, yang mampu memadukan kedisiplinan dan kecerdasan.
Kebanggaan serta Tanggung jawab sebagai pemain nasional saat ini semakin lemah padahal setahu saya setiap atlit yang terjaring dalam platnas mereka diikat oleh Surat Keputusan Ketua PBSI yang didalamnya mengatur dari tanggung jawab hingga, tunjangan kesejahteraan atlit.

Kegiatan yang dilakukan oleh daerah cukup menghambat munculnya bibit bibit yanq potensial, yang tidak terpantau oleh karena keterbatasan biaya untuk mengikuti program PBSI. Kesempatan mereka berlaga dalam suatu even daerah juga dimatikan oleh pengurus daerah yang hanya memenuhi target medali dengan mengabaikan potensi atlit daerah sendiri.
Sehingga kegiatan berupa Porda,kejurda dst tidak jarang pengcab lebih banyak menggunakan jasa pemain yang siap mendulang medali ketimbang, mengutamakan tanggung jawab moriel dengan membina PB yang konsisten melakukan pembinaan di Daerah tersebut.
Imbas dari terbiasanya menggunakan pemain luar diatas muncul “ semacam target terendah para pemain” bila masuk pelatnas dan tidak mampu berprestasi Internasional setidaknya sudah mampu mendongkrak nilai jual mereka di dalam negeri? Menurut saya Kejuaraan Daerah (Kejurda) atau PORDA adalah salah satu peran daerah untuk menggali dan menyumbang atlit untuk bangsa. Bukan berhura hura dan menyenangkan pejabat Daerah, Akan tetapi kenyataan tidak adanya suatu sanksi yang dijatuhkan oleh Induk Organisasi PBSI pada Pengda/Pengcab maupun pemain yang bersangkutan.
PBSI dalam melakukan pengawasan tidak boleh hanya menunggu bola akan tetapi mampu menjemput bola, dengan terjun langsung mengawasi kegiatan di lapangan dan memberikan sanksi. Kepada yang melanggar aturan , Sebagai pembina saya merasa miris melihat anak-anak didik yang merupakan atlit terbaik suatu daerah ternyata di tengah perjalanan digantikan oleh atlit dari luar daerah hanya karena untuk mencapai prestasi yang semu.
Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh seorang atlit daerah adalah suatu konsekwensi dari pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) dan Pengurus Daerah (Pengda).
Sedangkan kalau kita bicara pada pembinaan atlit bulutangkis di negeri ini, hingga saat ini adalah pengorbanan orang tua atli dan klub yang tidak mengenal lelah baik tenaga, biaya hingga kepastian siatlit mampu dan tidaknya masuk platnas, sehingga atlit yang masuk platnas hanya terbabani tanggung jawab pada orang tua saja, tidak ada tanggung jawab kepada pemerintah Daerah, Pengda/Pengcab dan ini merupakan awal dari lemahnya kebanggaan,tanggung jawab atlit sebagai anak Daerah dan Bangsa Indonesia.
Sepanjang tidak adanya evaluasi menyeluruh hingga pada hal-hal tersebut diatas maka masih sulit rasanya kita untuk mengimbangi Negara Malaysia, Cina. Karena di negera Cina tidak semuanya dapat dibeli dengan uang. Tetapi prestasi.
Semoga tulisan ini tidak menjadikan segenap pengurus, PBSI baik pusat maupun Daerah merasa tersinggung karena keterbatasa pengetahuan kami, dan merupakan harapan bagi seluruh pembina dan warga pencinta bulutangkis di Daerah.